https://aceh.times.co.id/
Berita

Menembus Batas, Merajut Asa dalam Perjalanan Bupati Nagan Raya dari Lumpur Menuju Harapan

Senin, 14 Juli 2025 - 14:04
Menembus Batas, Merajut Asa dalam Perjalanan Bupati Nagan Raya dari Lumpur Menuju Harapan Bupati Nagan Raya, TRK (memakai rompi) bersama dengan masyarakat menyusuri batas Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat, Minggu (13/7/2025). (Foto: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMES ACEH, ACEH – Di ujung timur Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, saat fajar baru saja mengusir embun dari pucuk dedaunan, suara gemuruh motor trail memecah kesunyian Krueng Meulaboh. Sungai itu tenang, tapi cerita di sekitarnya tak pernah sepi. Di balik derasnya aliran dan lebatnya hutan Seunagan Timur, ada kehidupan yang selama ini menanti untuk benar-benar dilihat dan akhirnya hari itu, mereka kedatangan tamu istimewa.

Dengan rompi lapangan penuh debu dan sepatu berlumuran lumpur, Bupati Nagan Raya, Dr. Teuku Raja Keumangan atau yang akrab disapa TRK tiba di tengah warga. Bukan untuk meresmikan proyek besar, bukan pula untuk sekadar foto dan pamit, tapi untuk menyusuri sendiri batas wilayah kabupaten yang sering jauh dari keramaian, yaitu Desa Blang Lango, Tuwi Meuleusong, Blang Teungku, Kandeh, hingga Kila.

Ia tak datang dengan iring-iringan mobil mewah. Yang menyertainya adalah suara serangga hutan, deru mesin motor tua, dan semangat tim kecil yang terdiri dari Pelaksana Tugas Camat Seunagan Timur, Said Mudhar, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR, Muhammad Saleh, dan para kepala desa.

Mereka menelusuri jalan setapak, menyeberangi aliran sungai, dan menghadapi jalan berlumpur bukan untuk sensasi, tetapi demo mendengarkan denyut nadi kehidupan dari batas terluar Nagan Raya.

“Harus ada perhatian khusus dan aksi konkret ke depannya,” ucap TRK sambil memandang jauh ke arah barat, ke garis samar yang memisahkan Nagan Raya dengan Aceh Barat, sebuah garis yang tak terlihat, tapi nyata terasa oleh warganya.

Batas yang Menghidupkan Harapan

Kawasan perbatasan mestinya menjadi gerbang kemajuan. Tapi di sini, batas itu lebih sering menjadi tembok, akses jalan terbatas, jembatan seadanya, sinyal komunikasi yang hilang timbul, dan fasilitas pendidikan serta kesehatan yang jauh dari kata layak.

Namun dari keterbatasan itulah justru lahir kekuatan masyarakat yang luar biasa. Keteguhan untuk bertahan, dan harapan yang tak pernah padam.

“Daerah perbatasan ini bukan hanya soal batas wilayah, tapi juga batas perhatian,” ungkap Abdul Rauf, tokoh masyarakat setempat.

Ia menyambut kedatangan TRK dengan mata berkaca-kaca, bangga dan terharu karena akhirnya mereka tak hanya menjadi titik di peta, tapi bagian dari rencana besar pembangunan.

“Saya salut, ada Bupati yang mau turun langsung, menembus hutan dan mendengarkan kami,” lanjutnya.

Menyalakan Api Semangat dari Pinggiran

Di setiap desa yang disinggahi, TRK tidak hanya melihat, tapi juga mencatat dan meresapi. Ia memeriksa kondisi jalan, menanyakan ketersediaan air bersih, sarana transportasi, hingga akses pendidikan. Ia tahu, pembangunan bukan hanya soal gedung, tapi tentang harapan, tentang rasa dilibatkan, dan tentang kepercayaan bahwa pemerintah hadir, bahkan di ujung-ujung kabupaten.

“Kawasan perbatasan harus dikelola dengan baik agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat. Jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak luar,” tegas TRK kepada seluruh pemangku kepentingan lokal.

Lebih dari sekadar imbauan, TRK juga mengajak seluruh kepala desa dan tokoh masyarakat untuk menyusun strategi jangka panjang agar kawasan perbatasan tak hanya terjaga, tapi menjadi poros pertumbuhan ekonomi baru, berbasis potensi lokal yang dikelola bijak.

Langkah Kecil, Harapan Besar

Hari mulai meredup ketika rombongan kembali menyusuri jalan pulang. Lumpur semakin pekat, suara jangkrik mulai mengambil alih, dan lelah mulai terasa. Tapi ada satu hal yang tetap menyala, semangat untuk membangun dari batas.

“Kami merasa didengar. Dan kami berharap, ini jadi awal perubahan yang nyata,” kata Abdul Rauf, penuh harap.

Di setiap langkahnya, TRK seakan menegaskan satu pesan kuat: bahwa pembangunan bukan hanya milik kota, bukan hanya milik yang mudah dijangkau. Ia adalah hak setiap warga dari pusat hingga ke batas terluar. Dan di batas itulah, hari itu, sebuah harapan baru mulai menyala. (*)

Pewarta : T. Khairul Rahmat Hidayat
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Aceh just now

Welcome to TIMES Aceh

TIMES Aceh is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.