TIMES ACEH, BANYUWANGI – Bagi orang yang mahir dalam bidang public speaking atau memiliki jiwa pergaulan yang luas orang-orang pemalu dan pendiam hanyalah butiran debu, yang jika ditiup akan terbang dan betebaran begitu saja. Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti memiliki kepribadian dan pemikiran yang berbeda-beda. Sifat satu manusia dengan manusia yang lain tidak bisa disamakan., salah satunya adalah introvert.
Introvert merupakan seseorang dengan kepribadian yang merasa lebih nyaman berfokus pada pemikiran dan gagasan mereka sendiri daripada situasi di luar diri. Introvert akan lebih menikmati waktu dengan satu atau dua orang daripada kelompok besar atau orang banyak.
Menurut Carl Jung (1920), dalam bukunya yang berjudul Psychologische Typen. Pribadi yang introvert adalah orang-orang yang mendapatkan semangat jika diberikan waktu untuk menyendiri, bertolak belakang dengan orang-orang ekstrovert yang justru merasa paling hidup saat berada di keramaian. Orang introvert juga lebih suka mengamati sesuatu daripada berinteraksi, bukan karena takut atau tak acuh tetapi mereka akan lebih berpikir dulu secara matang sebelum memulai suatu tindakan
Sifat pemalu dan pendiam akan selalu beriringan. Sejatinya introvert dan rasa malu tidaklah sama. Orang pemalu cenderung lebih khawatir dan tak nyaman dalam situasi sosial tertentu, terutama saat berinteraksi dengan orang yang tak dikenalnya. Orang dengan kepribadian introvert tentu tetap bisa bersosialisasi meski terlihat pemalu. Ini disebabkan karena orang introvert cenderung memikirkan sesuatu secara internal dan memilih apa yang perlu diungkapkan kepada orang lain.
Kedua sifat tersebut selalu mendapat stigma negatif bagi sebagian orang. Dimana, sifat introvert tak jarang dianggap sebuah kelemahan, sebagai suatu “penyakit”, sesuatu yang rusak dan harus diperbaiki. dan mereka beranggapan bahwa orang yang memiliki sifat introvert tidak akan bisa sukses, mendapat pengakuan, atau populer. Bahkan para ekstrovert yang tak memahami introvert dengan jelas akan menganggap sifat tersebut merupakan sebuah penyakit, atau bahkan orang yang bermasalah. Padahal bila ingin memaksimalkan bakat, kemampuan, fokus, semangat, dan hal-hal positif lainnya, seseorang perlu menempatkan diri dalam zona stimulasi yang cocok bagi dirinya.
Pertanyaannya, salahkah bila zona stimulasi yang cocok dan nyaman bagi introvert adalah lingkungan sepi dan damai?. Kondisi di atas adalah suatu hal yang membuat para introvert lebih nyaman dan benar-benar hidup. Dengan kata lain, introvert bukanlah masalah yang harus diatasi atau “penyakit” yang harus disembuhkan. Singkatnya, ini hanyalah cara hidup yang paling nyaman bagi para introvert.
"Katanya, orang introvert perlu mengubah dirinya agar bisa diterima di masyarakat untuk menjadi sukses atau bahagia”. “Kamu seharusnya lebih banyak berbicara dan bergaul”. Kalimat seperti itu terkadang menyebalkan dan harus ditelan mentah-mentah oleh seseorang yang memiliki kepribadian introvert. Jangan salah sangka dengan introvert, mereka bukanlah pribadi yang sombong atau antisosial. Mereka juga memiliki nilai positif.
Seperti: Pertama, seseorang dengan kepribadian introvert bisa menjadi pendengar yang baik. Karena, mereka cenderung lebih suka menjadi pendengar daripada berbicara banyak hal apalagi hal tersebut tidak penting. Keterampilan tersebut memungkinkan mereka untuk mendengar, memahami, dan memberikan wawasan yang dipertimbangkan dengan saksama ketika mereka merespons.
Kedua, menjadi teman yang berkualitas. Karena, alih-alih berteman dengan banyak orang yang mereka ajak bicara, banyak introvert akan memfokuskan energinya untuk memperkuat koneksi dengan orang yang sudah dikenalnya. Mereka begitu pemilih tentang siapa yang akan ia bawa masuk kedalam hidupnya. Oleh sebab itu, mereka lebih selektif dalam memilih teman dengan bijaksana.
Bila berbicara angka, setidaknya 50 persen dari penduduk Amerika Serikat adalah introvert, kira-kira sebanyak 160 juta orang. Sementara itu, diperkirakan sepertiga penduduk bumi adalah orang introvert. Mungkin kita tidak tahu ternyata banyak tokoh atau orang besar yang populer memiliki kepribadian introvert, yang tentu memiliki sifat pemalu dan pendiam.
Seperti Mark Zuckerberg, sang pendiri aplikasi Facebook yang total kekayaannya sulit dihitung oleh kalkulator. Siapa yang tidak kenal Facebook? Selain Facebook, tidak tanggung-tanggung kini perusahaan Meta telah mengakuisisi Instagram dan WhatsApp. Siapa sangka orang yang ada dalam daftar orang terkaya di dunia, Mark adalah seorang introvert. Cheif Operating Officer Facebook diketahui pernah memberi keterangan kepada The New York Times mengenai bosnya, kalau ternyata Mark Zuckerberg adalah seorang bos yang pemalu, pendiam, serta terkesan kurang hangat. Namun jika sudah mengenalnya lebih dekat Mark adalah sosok yang ramah dan bos yang peduli kepada orang-orang yang bekerja dengannya.
J.K. Rowling, Ada yang tidak mengenal Harry Potter? Tokoh penyihir muda ciptaan wanita bertangan emas J.K. Rowling begitu terkenal di dunia tanpa mengenal masa. Bahkan novel-novelnya telah diangkat ke layar lebar dan juga sukses. J.K. Rowling seorang penulis legendaris ternyata seorang pemalu. Dilansir purewow.com sang penulis pernah menceritakan kisahnya yang mendapat ide cerita tentang Harry Potter dalam kereta api, karena ia merasa malu meminjam pena kepada orang di sebelahnya ia lebih memilih menyimpan ide ceritanya dalam ingatan.
Kedua tokoh tepandang tersebut hanyalah tiga dari banyaknya orang besar di dunia ini yang memiliki kepribadian introvert dengan sifatnya yang pemalu dan pendiam. Mereka dengan sendirinya diakui dunia tanpa harus mengemis pengakuan. Seorang introvert ataupun ekstrovert memiliki peluang yang sama untuk sukses atau menjadi seorang yang populer. Hanya saja caranya yang berbeda, sang introvert membangun mimpinya dalam diam dan pemikiran yang mendalam sementara sang ekstrovert membangun mimpinya di ruang terbuka. Apapun kepribadian yang ada pada diri kita, harus kita syukuri keberadaannya.
Yang terpenting, kepercayaan diri dan pengetahuan harus tetap terarah. Dan perlu diingat, menjadi introvert bukan berarti menjadi sosok yang pemalu. Tetaplah melangkah maju, meskipun dengan gaya dan pandangan yang berbeda. (*)
***
*) Oleh: Cintia Budi Rahayu, Mahasiswa Institut Agama Islam Darussalam Blokagung.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |